Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Disini antara Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit. Karena Kartini bisa bahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat untuk teman-temannya yang berasal dari Belanda. Setelah itu, timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia lihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal Emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Diantara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan surat-surat Cinta karya Maltatuli. Raden Ajeng Kartini meninggal di Rembang, Jawa Tengah pada tanggal 17 September 1904.
Setelah beliau meninggal, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang dikirim R.A. Kartini kepada teman-temannya yang ada di Eropa. Abendanon saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Yang diberi judul ''Door Duisternis tot licht''. yang arti harfiahnya adalah "Dari Kegelapan menuju Cahaya" Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada tahun 1911 dan dicetak sebanyak 5 kali. Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkannya dengan bahasa Melayu yang diberi judul yang diterjemahkan dari "Habis Gelap Terbitlah Terang". Yang merupakan terjemahan dari 4 saudara.
0 komentar:
Posting Komentar